July 23, 2013

Lepas



Ghaea mungkin sedang akur bareng Neptun
Sama-sama kompak kasih iklim gak sehat buat penghuni-penghuni sangkar
Kemudian mereka melayang-layang. Gak pake kompas.
Yasudah, pakai saja tanda alam seadanya

Kepak.. kepak.. kepak..
Memang resiko meninggalkan sangkar
diluar sana orang-orang masih bilang "jangan ambil resiko di alam liar"
katanya, mending di dalam sangkar. Ruji-rujinya menjaga tetap aman
Disini dingin. Terlalu banyak makhluk-makhluk dengan sesal lalu lalang

Tapi bisa apa kalau Tuhan mau.

Hatimu.
Biarkan lepas.
Entah kemana dia terhempas.

Senyummu.
Biarkan jadi sungging.
Masukkan dalam kotak.
Jangan sekali-sekali dibuka jika tak tepat.

Demi Ghaea dan Neptun.
kapan duka usai?

July 13, 2013

Itu saja

Akhirnya, aku bisa merasakan lagi bagaimana mencintamu tanpa lisan

Dalam luka.

Itu saja.

April 19, 2013

rumah kelak

Kemarin aku bertanya keras tentang rumah. Dimana harusnya ia berada. Kemana seharusnya aku pulang. Dan seperti apa seharunya rumah yang nyaman dan layak lengkap dengan kehangatannya untukku.

Beberapa mereka suka tinggal di rumah yg bertingkat, supaya banyak kamar tidur jika mereka kelak memiliki banyak buah hati. Beberapa lainnya suka yg halamannya luas, supaya anak-anaknya punya tempat bermain, gak melulu ke tempat bermain sempit di banyak pusat perbelanjaan. Sedang yang lain masih bingung dan berdebat sendiri rumah seperti apa yg menjadi rancangan terbaik untuk kehidupan kelak.

Catatanmu yang aku intip pagi tadi cukup bikin aku senyum-senyum sendiri. Bukan bahagia, tapi merasa lucu. Lalu aku sangat lega menertawakan kebodohanku dan matinya logikaku kemarin-kemarin.

Harusnya rumah tidak dicari. Tidak ditinggalkan kalau kita tidak nyaman. Tidak mencari yang baru untuk memastikan hidup kita akan terus nyaman ke depannya. Memilih yang hangat agar kita betah berlama-lama di dalamnya.

Harusnya bukan salah satu mencari rumah atau keduanya saling mencari. Bukan salah satu pemilik rumah, sedang yang lainnya hanya ngontrak. Kemudian berlaku pemilik rumah bisa mengusir karena yang ngontrak kurang ajar, atau yang ngontrak meninggalkan rumah sebelum masa kontrak habis karena rumahnya tak lagi nyaman.

Kalau aku kemarin cukup cerdas dan percaya logikaku untuk beraksi, aku mungkin tak akan kesasar sejauh ini.

Rumah itu dibangun, berdua. Dengan pondasi sekuat komitmen, dan tinggi rumah setinggi menggantungkan angan kehidupan supaya jauh lebih baik. Luasnya seluas maaf yang selalu kita junjung.

March 25, 2013

mencumbu nostalgia

menemukanmu berantakan diantara ruas-ruas serat cendana
bahkan di kayu sekuat itupun kamu masih saja merapuh
seperti aku ingin menggenggam huruf-hurufku layaknya kelopak kembang
kemudian menaburkannya ke tanahmu
matilah kamu, tertanam di masa lalu
melena pada nostalgia yang mereka kira selalu sumringah
lalu dentingnya terhenti di detak jantung yang sama
seakan tak terima pada hurufku yang belum juga menemui titik

pulanglah
rumahmu menyuguhkan banyak kehangatan juga kenangan
yang kita makan hingga tak ada remukan

kalau kamu bertemu senja, jangan berhenti jalan aja terus
atau kamu akan menemui nostalgiamu tergerus
karena senja selalu jadi jagoannya
memandu asmara, membelokkan arah
memang nostalgia menawarkan kuatnya harum tubuhmu (yang sama)
tapi kalau hati ikut beradu dia hanya bisa diam terpaku
maka hendaknya kau jadikan dia agar terpadu
supaya nostalgiamu berikan satu ciuman sendu

satu di hati
satu di logika

bangun!
nostalgiamu tak sesyahdu apa yang digambarkan hatimu.

March 18, 2013

Lelaki (ku)

Lelakiku.
di antara ketangguhannya mengejar kereta setiap pagi dia rela berbagi serpihan letihnya di setiap senja menemui.
Lelakiku.
di atas tingginya semangat dan optimisme asa yang dibangunnya ada patah yang ingin diselamatkan.
Lelakiku.
di bulatnya keangkuhan yang kadang tak bisa ku taklukkan, dia seorang pendoa yang sangat baik.
Lelakiku.
merebahkan setiap kelembutan meskipun setiap saatnya menggenggam kekuatan untuk bertahan dalam kejamnya kota.
Lelakiku.
di sisi egonya yang membara ada manja yang selalu ditunjukkan, cuma butuh cakap hati untuk memeluk hatinya dan menjemput manjanya dengan senyum.
Lelakiku.
di tengah pujian atas kehebatannya, masih saja menyimpan rapat-rapat kebodohan-kebodohannya kala ia bertemu rindu.
Lelakiku.
berjalan pelan, menengadah awan, meletakkan harapannya disana, berlari, kemudian ia terbang, memeluk erat cita yang diraihnya, alhamdulillah.
Lelakiku.
ada jatuh cinta yang selalu baru di pagi ia menikmati seduhan kopiku yang masih saja terlalu pahit, ada ikhlas dan syukurnya untukku disana.
Lelakiku.
berapa banyak syukur lagi yang harus aku persembahkan untuk Tuhan karena menghadirkan lelakiku.
Lelakiku.
aku nikmati keringatnya, menusuk-nusuk bersamaan dengan doaku yang teriring.
semoga engkau, lelakiku, selalu didekatkan dengan kebahagiaan dan kesuksesan.

Lelaki (ku), mengertilah,
mencintai sendiri itu sering menyebabkan kelelahan.
Jadi, apa kau meletakkan dirimu sebagai lelakiku?

March 4, 2013

penetrasi memori

Di hujan kemarin kita menyapa banyak duri-duri yang masih menancap pada tempatnya, memori
Menerpa banyak asa yang sudah tak kuasa kita menyimpannya, akhirnya kita sampai pada kata rela
Sepertinya kita sama-sama di adopsi oleh kenangan yang harusnya sudah kita cukupkan
Dan seperti biasa, pagi berulah mengingatkan apa yang harusnya kita masih perjuangkan
Ternyata lagi-lagi gara-gara pagi
Dengan memori, harus bercumbu asik dengannya atau meronta karena penetrasi yang begitu hebatnya?
Kalau tidak bisa menghidupi mimpi-mimpi lebih baik jangan terpatri
karena mimpi dekat dengan harapan kalau dia terus diberi makan
atau lebih dekat lagi dengan pagi dan semua lagi-lagi hilang karena nyata yg berdikari
Kata-katamu menggelitik geli di belakang telinga.
Katamu, harusnya kita tidak begini kalau saja kita saling menatap dan meresap
Membiarkan rongga terisi harapan-harapan yang hidup
Aduh, lagi-lagi harus dihadapkan memori
Lagi-lagi harus terperangkap menangkapnya dalam dekap dan tak tau harus diapakan ini jadinya

February 28, 2013

Ngelunjak

Sebagai wanita normal aku masih punya hal-hal "kewanitaan" natural. Sensitif, perhatian, khawatir, panik, marah, cemburu, bahkan.... centil.
Tapi beberapa hari ini Gaea sepertinya mengirimkan angin-angin lembut yang membawa kejantanan supaya aku jadi seperti Athena setengah Hercules.
Bim salabim... tadaaa! Say hi to "the realistic" egy. Itu yang aku tulis di milisku kepada teman di Australia beberapa hari lalu.
Ya, aku menjadi wanita yg semakin logis, cuek, dan apa adanya.
Pertanyaannya, kenapa sikap-sikap seperti itu menjadikanku dihujani banyak pertanyaan "kamu kenapa?"
Memang wanita tidak wajar kalau logis dan cuek untuk hal-hal yg tidak seberapa penting?
Oke.. Oke.. si Venus memang cenderung lebih memperhatikan hal-hal detail yang selalu tidak dihiraukan oleh si Mars.

Hoopla! Oke aku kena karmanya di malam tadi. Sebagaimana "natural"nya wanita yang juga punya memori-memori manis, si "aku" juga ingin memiliki mereka lagi. 
Detailnya masih sama, polanya juga tidak berubah, lebih hebatnya lagi yg ini bisa-bisa merubah rencana beberapa tahun ke depan, hebat bukan?
kamu tidak lupa kan aku "sedang" jadi wanita yang logis?
Kemudian angan bertabrakan dengan logika, jadilah doa yang bahkan untuk kuucapkan saja aku takut disangka Tuhan ngelunjak
Aku menulisnya malu-malu sampai kulipat kertasnya rapat. isinya kurang lebih begini:

"God may I ask for your favour to set the role as this : 
Biarkan seorang yang luar biasa ini terlahir sebagai lelaki hebat yang melindungi dengan segala asa dan turut menghalau aralku, yang kau berikan keluasan tanpa batas untuk melakukan itu semua. Tanpa harus ada takut untuk mencinta, segan untuk merindu, dan malu untuk mendamba.
Aku tahu betapa tidak tahu dirinya aku meminta hal sebodoh dan setinggi ini padahal Kau sudah memberikan yg lebih.
Aku pasrah dalam rencanaMu dan bagaimana Kau mengabulkannya. Aku juga ikhlas kalau ternyata yg aku minta ini tidak sesuai dengan apa yg sudah jauh-jauh Kau tulis dulu"

Untuk Tuhan yang pernah menciptakan rasa - mengambilnya - menjauhkannya - menerbangkannya - hingga ia mati di udara dan singgah ke bumi yang (sialnya) menghinggap lagi seperti dulu. Uh!

February 11, 2013

Disana aku masih membiarkanmu tergantung


Langit Frankfurt, 22 April 2009

Aku baru saja mendarat sejak 18 jam lalu meninggalkan kehangatan rumah, sapaan pagi hari ayah ibu dan adik, dan bekas pijakan dasarku disana.
Bergegas menemui guru sekaligus pembimbingku yg sudah duduk di meja penyambutan lengkap dengan bratwurst untuk makan malam kami.
Mataku tertuju pada satu persatu peserta yg mulai meninggalkan bahasa masing-masing sama sepertiku, dan saling berbincang tentang eloknya negara mereka
Laut, pantai, dan tanah kami adalah topik yg selalu aku hadirkan di berbagai perbincangan hangat pada kesempatan apanpun.
Disana aku belajar untuk beradaptasi dengan berbagai cara mereka berpakaian, gesture yang menyebalkan, sampai tatapan mata tajam yg bikin ngamuk.

Langit Frankfurt petang itu seakan menjadi sendratari bagi kerja payahku 3 bulan menjelang keberangkatan.
Bagaimana aku pernah menggantungkan mimpiku tinggi-tinggi disini (dari Indonesia)
Setiap malam aku berusaha menyentuhkan hatiku pada Allah, karena tanpa aku bisikkan sekalipun Ia dapat membacanya.


Di Frankfurt, 4 tahun lalu angin menitipkan salam untukku pagi itu yg sedang berjerih payah mengerjakan soal-soal ujian nasional yg (sementara itu) menjegal aku untuk tidak berdiri di bawah langit tempat aku menggantungkan mimpiku tinggi-tinggi.
Aku ingat betul bagaimana aku memutar filmku sendiri saat harusnya aku berkonsentrasi pada tes kelulusan ini.
Bagaimana roda tiba-tiba berbalik dengan cepat dan semakin menjauhkan aku dari langit tempat mimpiku tergantung.
Bagaimana aku rasanya ingin berontak melihat sesuatu yg sudah ku genggam tiba-tiba sudah tidak ada di genggaman


seperti balon udara berwarna warni di tengah langit senja yang memberikan kontras.
begitulah aku menatap mimpiku sedang dijunjung langit yg tinggi, terlihat sangat jelas diantara redupnya senja.
biarkan mimpiku memiliki warna bahkan cahayanya sendiri, bukan bercahaya karena bias dari teriknya siang, buktinya ia tetap terlihat jelas meskipun sedang tak ada matahari di baliknya.
kalaupun saat itu aku sudah menaiki balon udaraku, mungkin saja angin belum membawaku ke langit Jerman atau sedang tidak memungkinkan untuk menjemputnya.




di Langit Frankfurt, aku masih menggantungkan mimpiku melayang disana.
Menjadi tujuan dari lajur berlariku.
Menjadi kontras saat senjaku, agar aku masih bisa tetap menatapnya.
Biarkan menjadi doa-doaku yg dekat dengan Allah.
Dan menjadi bahagiaku saat aku dapat menjemputnya.
Amin


February 9, 2013

Bahagiamu jawaban doamu

"Jadilah pasanganku di pelaminan dan pendampingku selamanya di sisa hidupku"

Siti akhirnya menjadi wanita pada fasenya.
Pulang ke pelukan ayahnya lalu menceritakan lelaki yang berani-beraninya membuat nafasnya tersengal.
Ayahnya tersenyum bangga, "Anakku wanita yang pandai memantaskan dirinya untuk laki-laki hebat itu"
Dalam beberapa kilo ke arah selatan lelaki sedang duduk disamping ibunya
"Sudah kunyatakan itu pada wanita yg kucintai, yg juga menyayangi ibu, menjaga adikku, dan menjunjung tinggi diriku, sesuai dengan permintaan ibuku"

February 8, 2013

Day 1: eksplanasi hati



Kita ini kadang suka menjadi wayang yang dalangnya juga kita sendiri.
Kemana saja selama ini cerita yang begini akhirnya.
Yasudahlah.
kita sudah menjadikan diri kita sebagai titik tujuan untuk jadi pemberhentian, bukan persinggahan.
Toh peluk kan selalu berpulang ke pundak yang tepat.
Lalu percayaku kini menjadi rasa yg memenuhi relungmu.
Kereta-kereta juga berhenti sekedar untuk menurunkan banyak restu dari Tuhan
Gemuruh yang kutabuh rupanya sudah membangunkan dewa-dewimu
Ramai-ramai berkeliling mengitar sambil menabur bunga
Harumnya semerbak memulangkan rindu tepat pada waktunya.
Meletakkan rasa juga tepat pada ruangnya
Menyisipkan doa untuk dijunjung murninya.
Ternyata pundakku tempat peluk-pelukmu berpulang.
Bagaimana lengan saling mendekap erat dan jemari menari lembut, sepasang mata juga terpejam tenang saat itu.
Kemudian biarkan semesta menyungging senyum untuk itu.
Meluap-luapkan bahagia, namun biarkan sewajarnya.
Karena masih ada kerikil yang harus dibereskan di jalan kita nanti.