Kalau tren orang-orang sekarang adalah "hidup tak semudah kata pak mario teguh" tapi mereka ikut-ikutan banyak quote-ing hal itu, saya lebih suka untuk belajar sendiri tentang naik-turunnya hidup. Mungkin juga naik-turunnya mood Tuhan untuk kasih saya happiness. No! Jangan sekali-sekali menyalahkan Tuhan, Dia tahu yg terbaik.
Saya sedang sibuk membaca agenda harian saya yg mungil ini. Pekerjaan yg mengharuskan saya menyelesaikan analisis dalam waktu kurang dari seminggu, lalu menggarap concept paper nya. Tugas akhir studi (kata gaulnya: skripsi) juga melambai-lambai cantik sedari kemarin. Belum lagi adik-adik asuh yg menunggu kami di penampungan kumuh itu. Menyenangkan sekali punya banyak kegiatan yg mengisi buku agenda saya setiap harinya.
Bukan berarti biasanya saya tidak seperti ini tapi entah kenapa kegiatan akhir-akhir ini begitu membuat saya membuka hati seluas mungkin. Saya sadar banyak diantaranya saya lakukan untuk orang lain. Kata ayah saya, Tuhan memang menghadiahkan hidup ini untuk kita tapi bukan berarti hidup kita habiskan untuk kita sendiri. Ya, kata-kata itu yg selalu jadi semangat saya untuk terus bangkit bahkan di saat pesimisme sangat melekat di diri saya.
Saya pernah seperti ini sekitar 5 tahun lalu. Patah hati, haha. Sudah bukan saatnya untuk itu di umur saya yg sudah berkepala 2 ini. Tapi Tuhan selalu menyiapkan hal yg satu ini agar kita tidak menyepelakan cinta-cinta yg dihadirkannya lewat ornag-orang yg begitu dekat dengan nafas kita. Tuhan juga tidak kehabisan akal untuk menaik-turunkan kepercayaan kita akan-Nya.
Sempat, dalam beberapa minggu lalu saya pernah mencaci Tuhan dalam batin. Tidak, saya tidak berani berkata-kata takut kualat. Saya bilang "Saya tidak menemukan jalan pulang, Tuhan." tapi lagi-lagi Tuhan punya cara untuk menjawab bahkan untuk cacian tak bermutu itu sekalipun. Mencaci itu tidak enak saudara! seperti gersang dalam dingin yg teramat sangat, bisa-bisa hipotermia jika terus-terus dibiarkan. Ternyata disaat saya seperti ini, Tuhan mungkin sedang rindu saya. Tuhan ingin mendekap saya begitu erat. Lalu saya beranjak, bergegas ke pancuran kecil mengambil air suci lalu berlama-lama dalam sujud.
Kerinduan selalu membuat batin semakin terjepit, disitulah keeratan dapat mendekap dengan penuh lalu kemudian menjadi tameng diri supaya tidak dibutakan rindu yg melumpuhkan.
Rindu dengan siapa malam ini?
No comments:
Post a Comment